Tuesday, December 13, 2011

Pentingnya Sebuah Pemahaman


“Aku (Tuhan) bergantung prasangka (baca pemahaman) hambaKu”. (hadits kudsi)

Ungkapan di atas sangat penting untuk kita pahami dalam mengarungi kehidupan yang serba tidak menentu ini. Terlebih lagi dalam memahami apa yang menjadi “tujuan” Tuhan dalam menyampaikan firman suciNya.
Jangankan untuk memahami maksud dan tujuan Tuhan yang tersembunyi di balik teks-teks suciNya, untuk memahami apa yang disampaikan oleh atasan maupun orang tua kadang kita mengalami kesulitan. Oleh karenanya dibutuhkan pengetahuan dan kearifan tersendiri dalam menangkap pesan-pesan tersebut. Salah satu langkah yang diperlukan adalah memiliki pemahaman yang baik.

Dalam segala lini kehidupan manusia, sangat membutuhkan pemahaman yang baik, terutama ketika melakukan komunikasi di berbagai arah. Contoh seorang Guru yang hendak mendidik anak didiknya, mau tidak mau dia harus memiliki pemahaman yang baik terhadap apa yang ingin dia ajarkan kepada para siswanya di kelas. Karena seringkali para guru tidak melakukan pengayaan materi ajarnya sebelum menyampaikan kepada peserta didiknya. Maka yang terjadi bukanlah memberikan “nilai-nilai” baru pada peserta didik mereka, sebagaimana tujuan pendidikan itu sendiri, yaitu mencerdaskan anak bangsa. Akan tetapi hanya memindahkan bahasa teks yang ada di buku pelajaran yang kemudian didikte oleh siswanya. Inilah yang akan terjadi bila para Guru malas mengasah potensi pemahamannya dalam hal mengajar.

Contoh lain yang bisa kita lihat untuk menangkap betapa pentingnya sebuah pemahaman yang baik adalah terdapat pada sebuah cerita di bawah ini, silakan menyimak.
Alkisah terdapat seorang ayah yang kaya raya dengan perniagaan yang sangat maju pesat pada zamannya, dan dia memiliki dua orang anak laki-laki yang sedang menanjak remaja. 

Seorang ayah tersebut mengidap penyakit kanker yang akut dan dia tidak boleh terkena sinar matahari, karena akan menambah parah penyakit yang dideritanya. Dokter juga menvonisnya bahwa umurnya tidak akan lama lagi. Mendengar vonis dari sang dokter yang merawatnya, sang ayah yang bijak ini mengajak diskusi kedua anak laki-lakinya dengan dua pesan yang bunyinya sama, yaitu:

Ayah: Wahai anakku….Kalau kalian ingin menjadi orang yang sukses seperti ayah, maka dengarkan baik-baik pesan ayahmu ini.
Anak: Baik Ayah…kami akan mendengarkan dan menjalankan dengan baik apa yang menjadi pesan ayah buat kami kelak.
Ayah: Yang pertama: Dalam melakukan aktifitas sehari-hari, hendaklah kalian keluar rumah di saat matahari belum terasa panas dan pulang di saat matahari telah terbenam.
Yang kedua: Dalam menjalankan aktifitas bisnis dan melanjutkan perniagaan yang ayah miliki sekarang, tolong jangan sekali-kali kalian menagih hutang kepada para klien kalian.
Anak: Kedua anaknya mengangguk dan mengatakan baik ayah…akan kami laksanakan. Sambil menahan haru setelah mendengar buah nasihat ayah mereka.
Singkat cerita, tidak lama setelah memberikan nasehat kepada kedua buah hatinya, sang Ayah pun menghembuskan napasnya yang terakhir. Alias dipanggil kembali oleh Yang Maha Kuas, yaitu Tuhan Yang Maha Esa.

Mari kita lihat buah nasehat yang telah disampaikan oleh sang ayah kepada anaknya tadi. Apa yang terjadi kepada dua orang anak laki-lakinya setelah menjalankan wasiat penting itu?
Setelah beberapa tahun menjalankan bisnis warisan sang ayah, kedua anaknya pun menunjukkan hasil yang berbeda
Melihat hasil usaha kedua anaknya yang berbeda, Sang Ibu pun tidak bisa menyembunyikan rasa penasarannya. Akhirnya dia mengumpulkan kedua anaknya dan mengajukan pertanyaan kepadanya.
Ibu: Bertanya pada anaknya yang pertama: Nak…Kenapa usahamu tidak sukses? Sedangkan kamu menerima pesan yang sama dari ayahmu dulu?

Anak: Ibu…Saya sudah melaksanakan apa yang menjadi pesan ayah. Ketika ayah menasehatiku agar jangan sampai kena sinar matahari kalau keluar rumah, maka aku tiap hari menyewa mobil dan naik taksi sebagai transportasiku. Oleh karenanya pengeluaranku besar sekali tiap bulannya. Dan ketika ayah menasehatiku agar jangan menagih hutang kepada pelangganku, maka aku pun tidak pernah menagih hutang kepada pelangganku yang pernah berhutang kepadaku. Maka usahaku pun bangkrut Ibu….

Ibu: Ibunya pun menggelengkan kepala mendengar penjelasan anak pertamanya.
Ibu: Tiba saatnya sang Ibu bertanya kepada anaknya yang kedua dengan pertanyaan yang sama..
Anak: Anaknya yang kedua menjawab: Ibuku yang baik….
Disaat ayah dulu menyampaikan nasehatnya kepada kami berdua, aku mendengarkannya dengan baik dan aku mulai belajar memahaminya dengan baik pula. Dan ketika Ayah menasehatiku jangan kena sinar matahari kalau keluar rumah, maka aku memahaminya dengan baik, bahwa aku harus bekerja keras dan selalu keluar rumah pagi-pagi sebelum matahari mulai terik. Dan aku selalu pulang malam agar tidak kena sinar matahari. Artinya aku harus banyak bekerja kalau mau menjadi orang yang sukses seperti ayah.
Nasehat Ayah yang kedua…Jangan menagih hutang kepada klien atau pelanggan (pembeli).
Ibuku yang baik…Dari nasehat ayah ini, aku mulai belajar untuk disiplin dalam menjalankan bisnis, yaitu dengan tidak memberikan hutang kepada pelanggan alias “Cash and Carry” atau istilah orang jaman sekarang  ( ada uang ada barang ) . Hehehehe..
Ibu: Ibunya pun mengangguk dan bangga sambil tersenyum mendengar penjelasan anaknya tersebut. (disarikan dari internet).

Rupanya “Pemahaman yang baik” sangatlah dibutuhkan dalam semua kancah kehidupan kita. Apalagi dalam memahami apa yang menjadi “keinginan” Tuhan melalui teks-teks sucinya yang bernama kita suci. Oleh karenanya mari kita sama-sama belajar mengasah dan memperluas cakrawala pemahaman kita dengan banyak mendengar, membaca, dan berdialog dengan siapa pun dalam kehidupan ini. Terutama belajar mendengar bisikan-bisikan alam, membaca pertanda-pertanda alam. Dan yang terakhir adalah belajar berdialog dengan diri sendiri.
Allahu a’lam..

No comments:

Post a Comment