Saturday, December 10, 2011

Agama di Era Keterbukaan

Salah satu tema menarik yang tidak pernah selesai diperbincangkan sepanjang berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah persoalan yang berkaitan dengan isu- isu pluralitas (baca keanekaragaman), baik yang berkaitan dengan agama, budaya, bahasa, suku dan lainnya.

Perdebatan mengenai perlu tidaknya pengesahan piagam jakarta yang terdiri dari tujuh kata oleh berbagai ormas Islam yang berhaluan "keras" untuk kemudian dimasukkan dalam konstitusi pada sidang tahunan MPR misalnya, menjadi bukti bahwa "perkelahian" pemaknaan di antara dua kelompok pemikiran ke-Islaman di Indonesia sangat terlihat. Namun syukurnya desakan-desakan tersebut banyak ditentang oleh kalangan anggota DPR RI yang masih menganggap pentingnya penghargaan terhadap perbedaan dan kemajemukan dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Tarik ulur antara dua mindsream pemikiran Islam ini, kerap terjadi dan sering dipertontonkan kepada khalayak. Satu sisi menggembirakan bagi perkembangan dialektika pemikiran ke-Islaman di Indonesia. Namun di sisi lain,sangat menghawatirkan bagi perkembangan dan keberlanjutan kehidupan beragama di Indonesia.

Mengapa demikian? Pertanyaan tersebut minimal bisa kita jawab dengan beberapa pertimbangan akan pentingnya kehadiran Indonesia yang nota bene berpenduduk mayoritas muslim terbesar di dunia saat ini. Antara lain alasan yang bisa kita kemukakan adalah sebagai berikut:

1. Sebagai negara yang berpenduduk muslim terbesar di dunia, Indonesia diharapkan mampu menjadi contoh bagi masyarakat global akan pentingnya sebuah kehidupan beragama yang harmonis dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan universal. Sejalan dengan visi besar Islam di Indonesia yang mengusung tema besar yaitu Islam yang "rahmatan lil 'alamiin" (Islam untuk kedamaian dunia). Yaitu Islam yang siap berdampingan dengan masyarakat dunia lainnya.

2. Masa depan perdamaian dunia akan bisa terwujud dengan baik, yaitu dengan adanya kebiasaan berdialog antar umat beragama yang ada, tanpa adanya saling kecurigaan antara satu dengan lainnya. Ditambah dengan saling mengembangkan sikap dan rasa tepo seliro dalam keragaman budaya dan agama yang ada. Dengan membiasakan hal ini, penduduk dunia mampu secara bersama-sama mengurangi terjadinya konflik yang terjadi karena perbedaan pandangan keagamaan dan budaya, maupun perbedaan bangsa.

3. Hendaknya dalam pergaulan dunia yang semakin global, kehidupan beragama tidak lagi sibuk mempersoalkan perbedaan-perbedaan yang ada antar umat bergama. Baik perbedaan pandangan tentang konsep ketuhanan maupun perbedaan cara pelaksanaan syariat masing - masing agama. Hemat saya, pemeluk agama harus diajak untuk memiliki kesamaan platfom mengenai nilai-nilai kemanusiaan universal, seperti pentingnya menjaga perdamaian dunia dan hidup bersama tanpa peperangan dan penjajahan. Membantu meringankan beban sebagian saudara kita yang mengalami kelaparan di berbagai belahan dunia afrika dan memerangi kemiskinan dan kebodohan yang ada.

Tiga poin di atas menjadi penting untuk dijadikan isu bersama antara umat beragama di Indonesia dalam menghadapi era keterbukaan ini. Di mana informasi mengalami percepatan tanpa batas, hendaknya pola pikir umat beragama pun dalam merespon fenomena yang ada, harus semakin terbuka terhadap perbedaan dan kemajemukan. Karena bukan zamannya lagi bagi umat beragama untuk saling mengembangkan kecurigaan - kecurigaan yang tidak penting. Apalagi hanya mengandalkan truth claim (klaim kebenaran ) atas agama yang dianutnya. Dan kemudian memaksakan kebenaran yang dimiliki untuk dianut dan diyakini oleh umat agama lainnya.

Prinsip di atas sangatlah penting untuk dikembangkan, mengingat Indonesia sudah menjadi pusat perhatian dunia, terlebih lagi dengan pertumbuhan ekonomi bangsa yang mencapai 6,7% dan menjadi negara muslim yang menjalankan konsep demokrasi terbesar keempat di dunia, menjadi alasan buat kita semua umat beragama untuk secara bersama-sama mengembangkan kehidupan yang harmonis antar sesama umat beragama yang ada di Indonesia.

Semoga dengan cara pandang yang sederhana ini, akan memberi kontribusi buat kita semua untuk saling mengembangkan dan mengedepankan kehidupan beragama yang inklusif (terbuka) dalam menghadapi era keterbukaan ini. Wallahu a'lam.

No comments:

Post a Comment