Saturday, November 30, 2013

Acara Bedah Buku Sekolah Rakyat di UNMA Banten

Kamis, 28 November 2013 sekitar pukul 14.00 wib, ratusan mahasiswa memadati aula Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UNMA Banten, mereka seksama mengikuti acara bedah buku Sekolah Rakyat. Acara yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Sastra dan Bahasa Indonesia (HIMASABA) FKIP UNMA Banten ini menghadirkan pembicara Ira D. Aini (penulis buku), Munawar M. Ali (Ketua Umum Yayasan Sekolah Rakyat Bogor) dan Yeti Ursel (Dosen FKIP UNMA Banten), serta moderator oleh Suaedi Kurdiatna (Wadek III FKIP UNMA Banten).

Buku Sekolah Rakyat ini seakan menjadi risalah anak-anak bangsa dalam mewujudkan pendidikan gratis di negeri ini. Melalui fragmen catatan perjalanan penulis Ira D. Aini memotret pejuang pendidikan di pelosok kampung guna berjuang mengajak dan menyadarkan masyarakat akan pentingnya pendidikan untuk anak-anak mereka kelak. Misal, sebutlah di antara nama para pejuang itu ada Pak Cecep dan Pak Soleh.

Pak Cecep dan pak Soleh, adalah potret manusia yang memiliki komitmen yang sangat tinggi terhadap kelanjutan generasinya. Betapa tidak, mereka harus menempuh perjalanan yang sangat melelahkan tiap mendidik siswanya. Belum lagi menghadapi penentangan dari masyarakat dan tokoh setempat yang menganggap kegiatan mengadakan pendidikan umum diharamkan, karena yang boleh berkembang hanya pendidikan agama seperti pesantren.

Seperti dituturkan salah satu pembicara Munawar M. Ali bahwa sering kita dengar, bahwa pendidikan adalah hak setiap anak bangsa, namun yang mampu mewujudkan kalimat ini adalah orang sederhana seperti pak Cecep dan pak Soleh. Mereka memiliki dedikasi dan pengorbanan yang sangat tinggi untuk merealisasi sepenggal kalimat yang tertuang dalam UUD 45 itu. “Pendidikan adalah hak setiap anak bangsa”. Kenyataannya masih jutaan anak Indonesia yang berada di pelosok-pelosok negeri yang belum bisa mengenyam bangku sekolah. Ini realitas yang harus dijawab bersama oleh kita semua dengan cara berbuat sekecil apapun bentuknya untuk memberi akses kepada anak-anak negeri agar bisa tetap sekolah.

Peserta yang hadir merespon positif diselenggarakannya acara bedah buku ini. “Kegiatan semacam ini tentu dapat mencerdaskan mahasiswa, apalagi buku ini terkait dengan problematika pendidikan di tanah air yang akan bermanfaat bagi mahasiswa UNMA Banten, khususnya di FKIP,” ujar Arif.

“Buku ini bagus karena menceritakan nilai pengorbanan dalam melahirkan tunas-tunas baru yang mampu menjadi penerang kegelapan yang bernama kebodohan,” ungkap Fauziah salah satu peserta.
Di akhir acara, Munawar M. Ali selaku Ketua Umum Yayasan Sekolah Rakyat mengajak peserta untuk peduli dan terlibat aktif memajukan pendidikan dimulai dari lingkungan terdekat.

“Hemat saya, semakin banyak orang yang peduli terhadap pendidikan anak-anak pedalaman dan miskin ini, maka semakin besar juga peluang buat mereka untuk mendapatkan akses pendidikan. Dan dengan cara ini pula dunia pendidikan kita akan bisa terangkat dan maju. Kepedulian kita, akan menjadi lilin yang bisa menerangi lingkungan anak-anak Indonesia yang terabaikan nasib pendidikannya selama ini,” tutup Munawar. ***

Tuesday, March 19, 2013

Lomba Cerdas Cermat TKB Mandiri Sekolah Rakyat Bogor

Sabtu, 16 Maret 2013 merupakan hari yang menyenangkan bagi anak-anak didik Pengelola Tempat Kegiatan Belajar Mandiri (TKBM) Yayasan Sekolah Rakyat Bogor. Mereka datang dari berbagai kecamatan yang ada di Kabupaten Bogor untuk mengikuti Lomba Cerdas Cermat yang diadakan oleh Pengurus Yayasan Sekolah Rakyat Bogor. Untuk tahun ini dimulai di TKB Mandiri Mutiara Bangsa yang berlokasi di Desa Pagelaran Kec. Ciomas Kab. Bogor di bawah pengelolaan H. Saeful Millah.

Kegiatan ini akan diadakan satu kali dalam dua bulan. Atau empat kali dalam satu tahun. Mata lombanya beragam, ada cerdas cermat, futsal, hafalan surat pendek, pidato dalam bahasa Inggeris, kesenian, dan lain-lain. Program ini bertujuan untuk memotivasi para siswa agar lebih semangat dalam menempuh pendidikan di sekolah mereka masing-masing. Program seperti ini sangat ditunggu oleh anak-anak kami, karena selain dapat menambah semangat belajar, juga merupakan ajang perkenalan antar siswa yang ada di bawah naungan Yayasan Sekolah Rakyat Bogor. Bagi mereka kegiatan yang melibatkan orang yang banyak sangat diminati karena buat mereka pasti membawa kesenangan tersendiri.

Sebagai tahap awal, kegiatan lomba antar TKB Mandiri se Kabupaten Bogor ini, diikuti oleh 9 sekolah gratis dari 23 TKBM yang ada.  Sementara yang lainnya belum bisa mengikuti kegiatan karena jarak mereka yang jauh dan ditambah dengan biaya transport yang juga tidak sedikit. Biasanya dua kendala ini kerap menjadi kendala di setiap kegiatan yang kami adakan buat anak-anak kami. Mereka berharap ke depan akan ada jalan keluar agar mereka bisa ikut serta dalam mata lomba berikutnya yang rencananya akan diadakan di Kecamatan Rumpin Kab.Bogor.

Sementara pemenang lomba kali ini adalah, juara pertama diraih oleh TKB Mandiri Attin yang berlokasi di Desa Cibedug Kec. Ciawi, juara kedua diraih oleh TKB Mandiri Amerta yang berlokasi di Megamendung Bogor dan juara tiga diperoleh TKB Mandiri Amanah Batasa yang berlokasi di Desa Tangkil Kecamatan Caringin Bogor. Sebagai penghargaan dari Pengurus Yayasan Sekolah Rakyat Bogor, mereka yang menjadi juara diberi hadiah Piala dan Sertifikat. Harapan kami sebagai pengurus, semoga kegiatan ini dapat meningkatkan semangat belajar di kalangan siswa yang berada di bawah naungan Yayasan Sekolah Rakyat Bogor.

Salam perubahan untuk pendidikan Indonesia yang jauh lebih berkualitas!



Wednesday, March 13, 2013

Yuk! Bantu Kami Selesaikan Gedung SMA Gratis Sekolah Rakyat Bogor

Pembangunan gedung SMA Gratis Sekolah Rakyat Bogor, alhamdulillah sudah mencapai 70%. Ini semua bisa terselenggara atas bantuan dan partisipasi dari para Dermawan yang telah menyalurkan dana zakat maupun infaqnya melalui Yayasan Sekolah Rakyat Bogor.

Gedung ini selain untuk sarana belajar siswa, juga diharapkan bisa bermanfaat sebagai sarana ibadah buat siswa dan guru-guru yang mengajar di Yayasan Sekolah Rakyat Bogor. Karena selama ini para siswa dan guru yang ingin shalat lima waktu biasanya menumpang di rumah salah satu pengelola TKB Mandiri Attin yang kebetulan juga berfungsi sebagai sekretariat Yayasan Sekolah Rakyat Bogor.

HArapan kami gedung Mushalla dan ruang belajar Siswa SMA Gratis Sekolah Rakyat Bogor ini akan bisa selesai sebelum bulan Juni 2013 ini, karena kami akan menerima siswa baru untuk tahun ajaran kedua. Saat ini siswa SMA Gratis kami berjumlah 23 Orang yang sebentar lagi akan naik ke kelas dua SMA. Dan sangat membutuhkan ruang kelas tambahan untuk belajar. Semoga saja di antara teman dan saudara yang membaca blog ini akan bisa membantu dan bisa bekerjasama dalam menyelesaikan pembangunan sarana pendidikan buat anak-anak SMA Gratis Yayasan Sekolah Rakyat Bogor tersebut.

Untuk kontribusi bisa menghubungi nomor pengurus di bawah ini Hp. 0822.2828.2889

Terimakasih atas partisipasi dan kontribusi positif teman-teman dan sahabat semua. Semoga gedung ini bisa selesai sesuai dengan harapan kami.

Wassalam,


Pengurus



Sunday, March 10, 2013

Sekolah Rakyat Perjuangan Mewujudkan Pendidikan Gratis

Buku sederhana ini sengaja dibuat untuk menceritakan bagaimana perjuangan dan sukses story para Pengelola Tempat Kegiatan Belajar Mandiri Yayasan Sekolah Rakyat Bogor. Selain itu tujuan penulisan buku ini adalah memberikan informasi kepada masyarakat Indonesia tentang bagaimana pengelolaan sekolah gratis untuk masyarakat pedalaman di berbagai pelosok negeri.

Dalam buku ini diungkap bahwa pendidikan adalah hak setiap anak. Oleh karena itulah mereka terus berjuang untuk bisa memberikan akses pendidikan yang mereka cita-citakan buat anak-anak didiknya. Mereka tak peduli seberapa panjang usaha yang diperlukan. Yang ada di benak mereka hanya bagaimana mendapatkan sekolah gratis bagi anak-anak yang selama ini terabaikan secara pendidikan, yang kemudian diberi nama Sekolah Rakyat.

Buku ini menjadi curahan hati para pengelola TKB Mandiri yang berada di bawah naungan Yayasan Sekolah Rakyat Bogor tentang apa yang telah mereka lakukan, peluang dan hambatan, apa yang mereka butuhkan, dan bagaimana hasil dari usahanya. Ada juga cerita dari para Guru-guru yang diminta untuk membantu mengajar. Guru tanpa tanda jasa. Dengan gaji yang tak layak dan bahkan kadang disumbangkan lagi untuk membeli kapur dan ATK sekolah. Untuk menghibur dirinya, para guru biasanya mereka mengatakan: "Allahlah yang akan menggaji kami".

Ada juga cerita dari murid-murid. Rata-rata ketika mulai masuk sekolah umurnya di atas sepuluh tahun. Ibarat tanaman, dahannya sudah mulai mengeras sehingga agak sulit untuk dibentuk.Ada juga cerita siswa yang dijemput orang tuanya sedang asyik belajar bersama teman-temannya di kelas untuk membantu orang tuanya di ladang atau sawah. Semua itu terjadi karena terbatasnya pemahaman orang tua mereka akan pentingnya arti pendidikan bagi masa depan anak-anak mereka.

Bagi sang Ayah, anak membantu di ladang adalah keharusan, karena dianggap mampu memberi tambahan pemasukan keuangan buat keluarga di rumah. Sementara kalau mereka belajar di sekolah, hanya menghabiskan waktu dan tidak menghasilkan tambahan keuangan buat keluarga. Namun ada yang dilupakan oleh sang Ayah, bahwa anak-anak mereka harus berpacu dengan zaman yang semakin "keras" dan untuk memenangkan persaingan di masa depan adalah tidak mungkin tanpa ilmu pengetahuan yang memadai.

Makna penting buku ini, adalah mampu memberikan informasi yang real bagi masyarakat Indonesia bahwa di berbagai pelosok negeri masih terdapat banyak sekali anak-anak usia sekolah yang belum mendapatkan akses pendidikan dengan layak. Dan yang lebih mengagetkan adalah, itu semua adanya di Kabupaten Bogor, yang notabene letaknya radius dua jam perjalan dari ibu kota Negara Republik Indonesia yaitu Jakarta.

Di sisi lain, banyaknya anak yang putus sekolah juga disebabkan oleh tidak terdistribusinya dengan baik anggaran pendidikan kita yang begitu besar itu.Hal ini disebabkan oleh banyaknya kasus korupsi yang terjadi di hampir semua lini pemerintahan kita, sehingga anak-anak kita menjadi korban dan terhalang cita-citanya untuk mengenyam pendidikan yang lebih tinggi. Hak mereka dimakan dan dirampok oleh para koruptor yang berdasi itu. 

Sekali lagi, pendidikan anak-anak Indonesia adalah tanggungjawab bersama yang harus dikelola dan diawasi bersama. Akhirnya saya ingin katakan, semoga buku sederhana ini bisa menginspirasi anak muda Indonesia agar mau berbuat sesuatu bagi kemajuan pendidikan anak-anak di lingkungan mereka yang belum mengenyam bangku sekolah.

Salam perubahan!