Sunday, April 29, 2012

Yayasan Sekolah Rakyat Bogor Joint Program With Monroe

Monroe: Giving something Back

As part of our corporate social reasonability program, Monroe Consulting Group Indonesia recently agreed to support Yayasan Sekolah Rakyat Bogor. Relying on independent donors, the organization has already built and run 18 junior high schools and kindergartens in poor and remote areas, staffed by 165 volunteer teachers. The organization is hoping to add and addition 5 schools in 2012. To date this organization has given the opportunity for 1,300 disadvantaged children to go to school for FREE.

Our support will be financial as well as volunteering time to help support the teachers and children attending the schools. We will also donate all of our unused desks when we move offices in May.
Although the financial support is important to ensure the growth of this organization we felt it was more important to donate some of our time as well. Our consultants will visit various schools and share with the students a lesson based around education opening up more career opportunities. We hope to help inspire and motivate children who are less fortunate to try and remain in school and aspire to a brighter future.

                 

In addition to supporting Yayasan Sekolah Rakyat Bogor, Monroe Indonesia will also be supporting a small charity called LOVEBOOKS. Lovebooks is a small community of book lovers dedicated to firing children’s imaginations through reading. The organization gathers and distributes secondhand books to children in need. Lovebooks works with both free schools and orphanages to build book corners and libraries if needed. Should you have second hand books you would like to donate please and we will be happy to arrange collection.

                       

Both organizations were selected for their focus on providing aspiration and opportunities to children for a brighter future.
Posted: 26 April 2012 03:46:00 by Andrew Hairs




















Saturday, April 28, 2012

Tanggung Jawab Pendidikan ada di Pundak Siapa?



Foto acara motivasi Siswa Sekolah Rakyat Bogor
Kebijakan pembangunan pendidikan dalam kurun waktu 2004-2009 diperioritaskan pada peningkatan akses masyarakat  terhadap pendidikan dasar yang lebih berkualitas melalui peningkatan pelaksanaan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun dan pemberian akses yang lebih besar kepada kelompok masyarakat yang selama ini kurang dapat menjangkau layanan pendidikan dasar, khususnya mereka yang berada di pedalaman dan pedesaan yang susah dijangkau.

Kenaikan harga BBM beberapa tahun terakhir ini yang diikuti dengan kenaikan harga kebutuhan pokok lainnya, akan menurunkan kemampuan daya beli penduduk miskin. Termasuk dalam menyekolahkan anak-anak mereka di lembaga-lembaga pendidikan yang ada di sekitarnya. Ditambah lagi dengan biaya sekolah akhir-akhir ini yang harganya setinggi langit. Ini terjadi karena adanya komersialisasi pendidikan oleh lembaga-lembaga pendidikan yang ada. Sehingga masyarakat Indonesia menganggap bahwa sekolah yang berkualitas itu harus mahal. Anggapan tersebut pelan-pelan harus diperbaiki dengan adanya upaya keras dari pemerintah untuk memberi peluang yang seluas-luasnya kepada masyarakat menyelenggarakan pendidikan yang murah dan berkualitas.

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasiona mengamanatkan bahwa setiap warga negara yang berusia 7-15 tahun wajib mengikuti pendidikan dasar. Konsekwensi dari amanat undang-undang tersebut maka pemerintah wajib memberikan layanan pendidikan bagi seluruh masyarakat tanpa kecuali, khususnya peserta didik pada tingkat pendidikan dasar (SD/MI dan SMP/MTs) serta satuan pendidikan yang sederajat.

Salah satu indikator penuntasan program wajib belajar 9 tahun bisa diukur dengan Angka Partisipasi Kasar (APK). Pada tahun 2005, APK tingkat SMP sebesar 85,22%  dan pada akhir 2006 telah mencapai angka 88,68%. Target penuntasan Wajib Belajar 9 tahun harus dicapai pada tahun 2008/2009 dengan APK minimum 95% (Ini versi Diknas). Dengan demikian, pada saat ini masih ada sekitar 1,5 juta anak-anak usia 13-15 tahun yang masih belum mendapatkan layanan pendidikan dasar (data Diknas tahun 2008/2009). Namun kalau kita melihat kondisi ril di masyarakat saat sekarang, mungkin angkanya akan lebih besar lagi, apalagi kalau kita menyisir masyarakat pedalaman dan yang tinggalnya di daerah-daerah yang sulit  terjangkau oleh transportasi.  Bahkan Saya punya keyakinan target itu akan meleset. Oleh karenanya, tugas kita sebagai masyarakat harus ikut memberi kontribusi dalam menuntaskan program Wajar Dikdas 9 Tahun ini. Mengingat masih banyak anak-anak usia sekolah yang masih belum terjaring oleh sekolah dengan berbagai alasan masing-masing.

Memang tanggung jawab penyelenggaraan pendidikan bukan melulu di pundak pemerintah, akan tetapi masyarakat pun bisa memberikan kontribusi dalam mewujudkan kebijakan undang-undang nomor 20 tahun 2003 tersebut di atas. Itu pula yang pernah dissampaikan oleh Bapak Pendidikan kita almarhum Kihajar Dewantoro: “ Tanggung jawab pendidikan ada di tiga elemen, 1) Pemerintah, 2) Keluarga, dan 3) Masyarakat. Yang kita kenal dengan istilah “ Tri Pusat Pendidikan”.

Secara yuridis formal, memang kebijakan Undang-undang mengaharuskan pemerintah untuk menjalankan tugas dan tanggung jawabnya dalam mewujudkan penuntasan program Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun tersebut. Yang artinya, kalau pemerintah tidak mampu mengemban amanah konstitusi, menurut undang-undang sistem pendidikan nasional tersebut, masyarakat bisa mengajukan komplin yang ditujukan kepada Dikbud RI. Karena dianggap lalai menjalankan amanat undang-undang dimaksud dalam memberikan layanan pendidikan bagi seluruh peserta didik usia 7-15 tahun di berbagai pelosok negeri. Namun merujuk pada apa yang disampaikan oleh Kihajar Dewantoro di atas, pendidikan bukan hanya tugas pemerintah dalam pelaksanaannya. Akan tetapi masyarakat pun punya andil serta kontribusi yang besar dalam penyelenggaraan pendidikan di Indonesia.

Menyinggung peran masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan, sejarah telah mencatat dengan baik, bagaimana pondok pesantren berkiprah dan memberikan kontribusi yang tidak sedikit dalam membantu pemerintah dalam membangun sendiri gedung-gedung sekolah dan kemudian melaksanakan proses belajar mengajar secara sukarela dan menjadi corong perubahan sejak jaman penjajahan di negeri ini. Hal ini menunjukkan pada kita bahwa sebenarnya masyarakat begitu besar kontribusinya dalam upaya mencerdaskan generasi bangsa sejak awal pendirian bangsa ini.

Setidaknya alasan di atas, menjadi poin penting bagi kami yang bernaung di bawah payung Yayasan Sekolah Rakyat Bogor untuk mempertegas niat dan menguatkan langkah untuk membantu masyarakat dalam mendapatkan hak-hak dasarnya sebagai warga negara dalam memenuhi kebutuhannya untuk sekolah.

Allahu a’lam.






Tuesday, April 24, 2012

Indahnya Keselarasan Ilmu dan Agama

Allah menciptakan alam ini untuk dikaji, diteliti, dipelajari, aga kita bisa menangkap rahasia Tuhan di dalamnya, dan mempelajari ilmu Tuhan pada hakekatnya adalah kemampuan membaca apa yang tersurat maupun yang tersirat di alam raya ini.

Sebagai makhluk Tuhan yang sempurna, manusia dilengkapi dengan akal untuk memikirkan tentang apa peranannya ketika dihadirkan oleh Tuhan di muka bumi ini. Karena itu, dalam merenungkan peranan manusia di bumi ini, termasuk peranannya untuk selalu mengumpulkan ilmu, tidak ada jalan lain selain mencoba menemukan jawabannya melalui perintah-perintah yang diturunkan-Nya kepada manusia.

Al Qur'an sebagai kitab yang menyempurnakan posisi kitab-kitab sebelumnya, diturunkan oleh Allah SWT dengan perintah membaca, sebagaimana firman Allah yang pertama yang tercantum dalam lima ayat pertama surat al 'Alaq sebagai berikut:

"Bacalah atas nama Tuhanmu, yang telah menciptakan manusia dari segumpal darah, dan Tuhanmu sangat pemurah, yang telah mengajarkan penggunaan kalam, mengajari manusia hal-hal yang tidak diketahui olehnya". (QS. Al 'Alaq: 1-5)

Dalam upaya memahami lima ayat di atas, perlu disadari bahwa kalam Tuhan secara langsung tidak bisa dilihat. Yang tampak hanyalah bekas goresan - Nya di sekitar alam ini berupa semua kejadian yang dapat diamati di dalamnya. Karena itu dalam Islam menuntut ilmu adalah keniscayaan (kewajiban) bagi setiap umatnya. Dengan demikian dapat kita ambil kesimpulan bahwa pekerjaan mencari dan menyebarkan ilmu dianggap sangat terhormat. Sehingga manusia dapat mendirikan suatu tatanan kehidupan yang baik dan harmonis di antara sesamanya.

Di sisi lain manusia dengan ilmunya diharapkan mampu memberi manfaat dalam mengelola bumi dan antariksa dengan teratur. Bukan sebaliknya bahwa perkembangan ilmu pengetahuan yang akibatnya hanya menjadi prahara atau bencana besar buat kelangsungan hidup umat manusia dan makhluk lainnya di bumi. Oleh karena itu, Allah SWT memberikan hakekat ilmiah dalam berbagai bidang keilmuan kepada manusia, dengan tujuan memberikan kesempatan kepada manusia untuk menyingkap, menemukan, dan mengembangkannya dalam berbagai bidang kehidupan, supaya manusia bisa merealisasikan makna kedudukannya sebagai khalifah (wakil) Allah dan membangun bumi dengan modal ilmu pengetahuan dan teknologi yang humanis dan berlandaskan pada nilai-nilai religius.

Dalam kaitannya dengan hal di atas, Khalil Al Musawi mengatakan bahwa setiap ilmu kehidupan harus melangkah di bawah ilmu agama. Ilmu apapun, jika tidak mendekatkan diri pemiliknya kepada Tuhan, maka itu ilmu yang hilang dan terputus, walaupun banyak menciptakan kemajuan.

Seorang tokoh ilmu pengetahuan internasional Profesor Albert Einstein berkata: "Ilmu pengetahuan tanpa agama adalah buta, Agama tanpa ilmu pengetahuan adalah lumpuh".

Pernyataan Einstein di atas bermaksud menandaskan, betapa pentingnya ilmu pengetahuan di dalam agama dan betapa pula sangat pentingnya fungsi agama di dalam ilmu pengetahuan. Sebab ilmu pengetahuan dan agama adalah merupakan satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan, laksana persatuan seorang manusia yang terdiri dari ruh dan jasmaninya. Oleh karenanya, ilmu pengetahuan tanpa agama adalah sebagai jasmani tanpa ruhani, sebaliknya agama tanpa ilmu pengetahuan adalah sebagai ruhani tanpa jasmani, yang berati tak dapat hidup sewajarnya.

Secara tegas Tuhan telah menggariskan kepentingan ilmu pengetahuan dan agama dalam firman-Nya: "Katakanlah: Samakah orang-orang yang tidak mengetahui dengan orang-orang yang mengetahui?" Hanya sesungguhnya yang dapat menerima pelajaran ialah orang-orang yang berakal". (QS. Az Zumar: 9)

Dalam firman-Nya yang lain Allah katakan:" 
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat". (QS. Al Mujadalah: 11)

Dari dua ayat di atas, menekankan kepada manusia betapa besar nilai ilmu pengetahuan dan kedudukan cendekiawan dalam perspektif Islam. Dan dalam pandangan Islam, ilmu pengetahuan dan iman berdiri berdampingan, bisa dilihat dari ayat pertama yang diwahyukan kepada Rasulullah Saw. Anjuran untuk membaca disebut tepat setelah nama sang Pencipta, yang berarti menuntut ilmu harus atas nama Tuhan, tidak dengan motivasi (baca niat) yang lainnya. Sehingga dapat memberi manfaat atau faedah yang baik bagi kelangsungan hidup manusia di bumi. Di samping dapat memberikan kemajuan bagi perkembangan pemikiran, ilmu dalam perspektif Islam harus mampu memberi manfaat atau efek bagi perbaikan perilaku atau akhlak manusia secara menyeluruh, karena ilmu yang tidak berpengaruh bagi perubahan perilaku pemiliknya adalah condong kepada ilmu yang tidak bermanfaat.

Itu juga yang dimaksudkan oleh Al Musawi dan Einstein di atas, bahwa ilmu pengetahuan dan agama hendaknya bisa seia sekata atau selaras dalam penerapannya. Agar tidak menimbulkan prahara baru bagi kelangsungan kehidupan umat manusia moderen.

Allahu a'lam.

Monday, April 23, 2012

Guru SR Bogor Menjadi Duta Pemuda Perdamaian Unesco


Dunia yang damai dimana setiap orang bisa hidup dengan aman, damai, saling menghormati, dan cukup pangan merupakan dambaan setiap orang. Fakta menunjukan bahwa dunia yang didambakan tersebut masih jauh dari kenyataan. Di beberapa belahan dunia, perang atau konflik masih terjadi, bencana kelaparan masih melanda, bahkan penggunaan senjata nuklir yang dapat mengancam kelangsungan hidup manusia belum bisa dihentikan.

Sebagai wujud kepedulian dalam mendukung dunia yang lebih baik, guru TKB Al Fajri yaitu Muslihudin Sharbinie atau yang lebih dikenal dengan panggilan Pak Uli menjadi duta perdamaian UNESCO. Kegiatan yang diikuti yaitu workshop di Malaysia tahun 2011 dan workshops di Hiroshima, Jepang tanggal 24-31 Maret 2012. Workshops di Jepang ini adalah yang ke-empat. Berbagai hal menarik dan pengalaman berharga diperoleh selama mengikuti workshops.

Perjalanan diawali tanggal 22 Maret 2012 dengan transit ke Malaysia. Saya menginap di penginapan dengan anggaran 80 RM (atau sekitar Rp. 180.000/malam). Ke esokan harinya, tanggal 23 Maret bersama rekan lain dari Malaysia berangkat menuju Osaka. Penerbangan menuju Jepang ditempuh dalam waktu 7 jam. Kami tiba di bandara Kansai International Airport sekitar jam 11 malam. Pertama menginjakan kaki di Jepang kami disambut oleh hujan rintik dan suhu yang sangat dingin, sekitar 4 derajat Celsius. Selanjutnya kami harus naik kereta api menuju Hiroshima di mana workshops akan dilaksanakan. Ternyata, kreta bullet yang akan membawa kami ke Hiroshima sudah tidak ada. Akhirnya kami memutuskan untuk mencari hotel atau penginapan. Sayangnya hotel terdekat sudah penuh, akhirnya kami memutuskan untuk menghabiskan malam keliling kota. Kesan kedua tentang Jepang adalah negara yang sangat aman, bersih dan ramah. Ditengah malam orang masih bisa keliling kota dengan rasa nyaman. Akhirnya kami menghabiskan malam keliling kota Osaka dan isirahat di sebuah restauran yang terbilang tradisional. Dengan kemampuan Bahasa Jepang yang ala kadarnya kami berkomunikasi dan bertukar pengalaman.

Keesokan harinya  kami berangkat menuju Hiroshima dengan kreta bullet yang ditemput dalam waktu 2 jam. Sedangkan kalau naik bis sekitar sembilan jam. Jam 9 pagi kami tiba di tempat menginap, yaitu Hiroshima City Mitaki Children's Nature Center Accommodation, sebuah pusat pembelajaran bagi siswa Sekolah Dasar. Wah, tempatnya sangat rapi, bersih, dan tentu saja memiliki fasiltas pembelajaran yang lengkap. Setelah selesai sarapan pagi, kami menuju Hiroshima Peace Museum (Museum Perdamaian Hiroshima) dengan naik bis yang telah disediakan panitia. 

Perjalanan menuju kota Hiroshima ditempuh dalam waktu 20 menit, jam 09.00 kami tiba di aula dengan disambut panitia. Selanjutnya kami mengikuti pembukaan workshops dan berkenalan satu sama lain. Workshop kali ini diikuti oleh 150 peserta dari 16 negara. Sebagian besar peserta adalah wajah baru, dan sisanya  sudah saya kenal ketika pelatihan di Penang, Malaysia tahin 2011. Kami bertemu dengan Professor Daryl Macer, Direktur UNESCO Bangkok yang sudah tidak asing lagi. 

Hari pertaman workshops diisi dengan materi oleh beberapa pembicara di antaranya Professor Taro Mochizuki, Osaka University, Japan (Osaka University) menjelaskan bagaimana dengan materi Philosophy on Civil Society Movement in Post-war Japan dan Prof. Peter Harteloh, Erasmus Institute for Philosophical Practice, Rotterdam, the Netherlands dengan materi tentang filosofi perang dan damai. Materi berikutnya adalah Conscience, activism and the UN  yang disampaikan oleh Dr Steve Leeper, Chair, HPCF, tentang hakekat damai dan relevansinya dengan penggunaan senjata nuklir yang dibawakan. Pemateri berikutnya adalah Profesor Darryl Macer, UNESCO Regional AdvisorRoles of civil society and UN technical agencies”. Selanjutnya kami di ajak keliling museum dipandu oleh Dr Steve. Banyak sekali yang kami pelajari selama berkeliling museum. Intinya adalah senjata nuklir merupakan senjata pemusnah yang sangat berbahaya sehingga sudah seharusnya senjata penggunaan senjata nuklir dalam bentuk apa pun harus dilarang. Pembicara terakhir adalah seorang survivor (yang selamat) pada saat bom atom dijatuhkan di Hiroshima. Paparan yang dijelaskan sangat menyentuh hati mengingatkan semua peserta untuk menolak penggunaan bom atom (nuklir) dalam segala bentuk. 

Tanggal 26 Maret lokasi pelatihan berpindah ke pulau Etajima, sebuah lokasi yang dulu digunakan sebagai tempat pelatihan militer Jepang. Perjalanan ditempuh dengan car-train, mirip kereta api tapi lebih pendek. Selang 20 menit kami tiba di Hiroshima Port, pelabuhan penyebrangan ke lokasi. Selanjutnya kami naik kappa feri selama kurang lebih 30 menit. Tiba dilokasi National Etajima Youth Friendship Center dan  disambut oleh pengelola lokasi, dan memberikan tata tertib dan fasilitas yang terdapat dilokasi. Selanjutnya kami menerima materi Stakeholder Identification and Integration dan Leadership: Diplomacy and Peace yang disampaikan oleh Alex Mejia, Director of UNITAR Regional Office. Materi terakhir adalah Action Plan Development diberikan oleh Berin McKenzie, UNITAR.

Tanggal 27-30 Maret merupakan hari-hari dimana peserta memaparkan Tanggal 27-30 Maret merupakan hari-hari dimana peserta memaparkan action plan yang telah dilakukan (bagi yang telah mengikuti pelatihan sebelumnya) dan yang akan dilakukan (bagi peserta baru). Tidak kurang dari 148 action plan dipresentasikan baik yang dilakukan secara individu atau kelompok. Saya mempresentasikan action plan, “peacebuilding over Taiji’s dolphin dispute”, yaitu upaya untuk menciptakan damai pada konflik lumba-lumba di Taiji, Jepang. Seperti diketahui perburuan (atau lebih dikenal dengan pembunuhan) lumba-lumba di Taiji telah lama menarik perhatian seluruh dunia. Selama musim perburuan, September sampai Maret tidak kurang dari 20,000 lumba-lumba ditangkap baik untuk konsumsi atau untuk keperluan captivity (seperti dipelihara di aquarium). Perburuan tersebut mendapatkan respon dari kalangan pencinta lingkungan dan hewan di seluruh dunia dengan melakukan protes dalam berbagai bentuk. Protes aktivis tersebut bukan tanpa alasan, setidak-tidaknya terdapat tiga alasan penting. 

Pertama, lumba-lumba merupakan mamalia yang sangat cerdas dan perlu dilindungi. Kedua, penelitian menunjukan bahwa daging lumba-lumba mengandung racun sehingga mengkonsumsi daging tersebut memiliki resiko negatif. Ketiga, lumba-lumba yang ditangkap dan sipelihara dalam aquarium merupakan penyiksaan karena lumba-lumba akan dipisahkan dari lingkungannya, serta lumba-lumba memerlukan areal yang sangat luas untuk bergerak.
Selain sarat dengan materi workshops ini juga sarat dengan wisata dan jalan-jalan. Kami mengunjungi beberapa lokasi yang sangat menarik, seperti Miyajima, Hiroshima castle, Osaka, Kyoto, dan beberapa tempat lainnya. 

Hari terakhir diisi dengan pembagian sertifikat dan foto bersama serta beberapa pengumuman diantaranya workshops ke lima akan diadakan di Bangkok bulan Desember 2012, dank e-6 di usulkan di Yogyakarta tahun 2013. Jika tertarik bisa bergabung di group face book. Acara yang lain adalah 2nd UNESCO Youth Forum: Looking Beyond Disaster in Sendai city, Japan, 16-19 Agustus 2012,
https://www.facebook.com/events/350255841688293/. Anda pun bisa mendukung terciptanya dunia yang lebih aman. Be the change to see changes you want to see in the world.
 
Penulis M. Sharbinie
Guru TKB Mandiri Al Fajri