Monday, December 12, 2011

Generasi Muda dan Pembangunan "Civil Islam"

Banyak ungakapan yang sangat familiar di telinga kita, misalnya: “Generasi muda adalah penerus cita-cita bangsa, berikanlah sepuluh orang pemuda, maka saya akan bangun bangsa ini (ungkapan Bung Karno). Generasi muda adalah penegak panji-panji Islam”. Dan masih banyak lagi ungkapan lainnya.

Pada awal tahun 94an, banyak sekali pakar dari berbagai disiplin ilmu memaparkan teorinya tentang “generasi  ideal yang menjadi harapan bangsanya”. Ada yang mengatakan bahwa generasi yang ideal adalah generasi yang mumpuni dalam ilmu pengetahuan dan dapat mengikuti arus perkembangan zaman dan teknologi modern. Ada pula yang berpendapat bahwa generasi ideal adalah mereka yang memiliki rasa patriotisme tinggi terhadap bangsanya. Sebagian yang lain mengemukakan bahwa generasi ideal adalah mereka yang memiliki profesionalisme serta bisa mandiri dan memiliki visi yang jelas terhadap masa depan bangsanya.

Kriteria atau persepsi  tentang  generasi muda yang ideal adalah mereka yang memiliki kesiapan iman dan menguasai ilmu pengetahuan untuk membangun umat dan bangsanya menuju apa yang digaungkan oleh Robert W. Hefner  yaitu “Civil Islam”.  Hal ini menjadi penting mengingat generasi muda merupakan investasi masa depan umat dan bangsa di masa yang akan datang.

Menyoal peran generasi muda dalam mewujudkan “Civil Islam” (masyarakat Islam atau kultur Islam), tentunya kita harus lebih mengencangkan ikat pinggang dalam membantu membeerikan kontribusi positif sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Paling tidak, kita punya kemauan untuk memberikan pemahaman terhadap lingkungan kita dan masyarakat luas mengenai pentingnya pembangunan civil Islam, dengan mengembangkan budaya membaca, berdialog, toleransi, dan rasa persaudaraan antar sesama anak bangsa.
Generasi muda sebagai pewaris bangsa mempunyai tugas yang tidak ringan, karena mereka dihadapkan pada kondisi zaman yang jauh berbeda dengan para pendahulunya. Tantangan yang dihadapi jelas lebih berat dibandingkan dengan apa yang dialami oleh pewaris sebelumnya. Di antaranya adalah hantaman arus globalisasi yang tidak kenal batas.

Pembangunan Civil Islam tidak akan bisa tercapai dengan baik kalau generasi muda, khususnya generasi muda Islam sibuk dengan kegiatan-kegiatan yang sifatnya sesaat dan tidak berkesinambungan. Karena berbicara Civil Islam adalah bagaiana membangun masyarakat yang berpihak pada nilai-nilai peradaban yang tinggi, yaitu masyarakat yang selalu mengasah potensi dirinya dalam menyongsong masa depan Islam yang gemilang dan penuh perdamaian, sehingga mampu mewujudkan apa yang disebut oleh Al Qur’an dengan istilah “Khaira Ummah”  (ummat terbaik) yang pernah diciptakan oleh Allah di muka bumi.

Dalam mewujudkan umat terbaik (khaira ummah) atau generasi muda yang terbaik, jelas tidak cukup dengan mengandalkan kegiatan-kegiatan yang sifatnya “sesaat” (baca jangka pendek). Terlebih lagi kalau kita tarik dalam wacana ke-Islaman, kata sesaat (jangka pendek) dalam bahasa Al Qur’an dikenal dengan sebutan “Aajilah” yang berarti kenikmatan sesaat ( baca dosa). Dari penjelasan sekilas di atas, bisa disimpulkan bahwa kita semua akan berdosa, apabila kita tidak merancang dengan baik apa yang hendak dilakukan untuk masa depan diri dan umat. Begitu pula halnya dengan membangun sebuah organisasi tidak akan jauh beda dengan pertanyaan, mau sukses atau gagal di akhirnya kelak? Konotasinya sama dan pemahamannya pun tidak beda, yaitu kita harus mempeersiapkan diri untuk kejayaan dan kedamaian kita di masa yang akan datang (akhirat). Begitu pula halnya ketika kita ingin melahirkan umat terbaik, yaitu harus dengan beriman dan beramal shaleh. Beriman bisa diartikan dengan mendalami ilmu Pengetahuan secara komperehenship, sedangkan beramal shaleh yaitu dengan berbuat (berkarya) yang positif dan bernilai tinggi (berkualitas). Dari paparan di atas, semakin jelas bahwa kejayaan dan kedamaian yang ingin diwujudkan lewat “Civil Islam”  yaitu dengan jalan merancang program-program yang menunjang lahirnya sebuah peradaban Islam seperti yang pernah terjadi pada masa keemasan Islam pada abad pertengahan. Dengan mengutamakan program yang berorientasi pada pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

No comments:

Post a Comment