Saturday, December 24, 2011

Ayo Peduli Anak Melalui Pendidikan


Awalnya tahun 2002, saya bersama teman-teman yang bergabung di Yayasan Sekolah Rakyat Bogor, memulai kegiatan pendidikan untuk anak-anak di pedalaman Kabupaten Bogor dan bergerak secara bersama-sama untuk peduli terhadap nasib mereka, khususnya bagi Anak-anak usia SMP agar mendapatkan akses pendidikan yang layak. 

Saya sendiri tinggal di Jakarta dan memulai menjalankan program Yayasan di daerah Caringin Kabupaten Bogor. Pasnya di Desa Tangkil yang letaknya memang agak jauh dari akses luar. Untuk menuju Desa Tangkil, kita harus naik lebih kurang 7 Km lagi dari jalan raya Sukabumi. Sementara jarak rumah penduduk dengan lokasi sekolah lebih kurang 15 Km. Itulah yang menjadi alasan bagi masyarakat yang tinggal di daerah terpencil yang ada di Kabupaten Bogor tidak menyekolahkan anak mereka ke jenjang yang lebih tinggi. Bahkan ada pengelola Tempat Kegiatan Belajar Mandiri (TKBM) kami yang letaknya di Rumpin,  jarak rumah penduduk dengan sekolah SMP lebih kurang 40-50 Km. Jauh sekali memang dan kalau mau sekolah anak-anak harus naik ojeg dan sekali jalan harus merogoh kantongnya untuk biaya ojeg Rp.50.000 sekali jalan.

Alasan lainnya yang sangat menonjol adalah persoalan ekonomi. Orang tua anak-anak ini memang rata-rata bekerja sebagai kuli cangkul atau bertani di kebun mereka yang semuanya tadah hujan. Karena ladang mereka berada pada dataran yang tinggi, maka untuk mendapatkan air buat siram tanamannya, mereka harus menarik pipa belasan kilo dari sumber mata air yang ada di gunung. Sehingga bagi petani yang tidak punya modal, mustahil akan mampu mendapatkan hasil kebun yang optimal tiap tahunnya.
Lalu berapa kira-kira penghasilan mereka per hari? Hampir bisa dipastikan pendapatan orang tua mereka berkisar antara Rp.30.000 – Rp.50.000 per hari. Sementara mereka harus menghidupi 3-5 Orang anak dalam satu keluarga (maaf, KB kurang diminati soalnya. Hehehe).

Alasan lainnya yang sangat menonjol sampai sekarang adalah budaya yang berlaku di masyarakat mengenai kurangnya pemahaman orang tua akan pentingnya pendidikan. Bagi sebagian besar masyarakat yang tinggal di pedalaman Kabupaten bogor, dan bahkan mungkin berlaku untuk seluruh masyarakat pelosok yang ada di Indonesia, masih menganggap bahwa pendidikan itu bukan hal yang terlalu penting untuk Anak-anak mereka. Orang tua masih menganggap bahwa mencari uang jauh lebih utama bagi anak-anak dibandingkan bersekolah. Karena dengan sekolah akan menghalangi anak-anak mereka untuk bisa mendapatkan uang dan tidak bisa membantu mereka mempunyai penghasilan tambahan. 

Kaitannya dengan hal di atas, saya pernah punya pengalaman yang menarik dengan salah satu wali murid yang belajar di SMP Gratis yang kami kelola di Sekolah Rakyat. Ceritanya, pada suatu siang saya iseng datang ke ladang dan berdialog dengan salah satu wali murid kami yang anaknya memang sudah jarang masuk sekolah. Kemudian saya sengaja mendatangi orang tuanya di ladang yang sedang asyik bekerja, lalu terjadilah dialog singkat antara saya dengan wali murid tersebut.

Saya mulai bertanya tentang aktifitas anaknya selepas jam sekolah, apa saja yang dia lakukan? Lalu sang bapak inipun mulai bercerita dengan tidak banyak bicara alias langsung pada intinya, bahwa anaknya terpaksa dikeluarkan dari sekolah karena kerbau dan kambing yang mereka miliki tidak ada yang mengambilkan rumput (bahasa beliau tidak ada yang ngangon kerbau dan kambing pak munawar). Saya pun tersenyum mendengar alasan yang diberikan oleh sang bapak itu. Kemudian saya mencoba memberikan solusi kepada beliau, sambil menyampaikan pendapat dengan harapan akan diikuti.... Bapak, bagaimana kalau anak bapak tetap sekolah saja dan mengambil rumputnya setelah pulang sekolah? Beliau tetap saja pada pendiriannya bahwa anaknya sangat dibutuhkan di ladang untuk mencari rumput kerbau dan kambingnya.

Potret sang bapak di atas, kalau mau jujur masih banyak kita jumpai di berbagai daerah pelosok negeri. Mungkin juga masih menjadi cara pandang yang berlaku umum di masyarakat kebanyakan. Tapi apapun itu, kita tetap harus memberikan pemahaman kepada masyarakat akan pentingnya pendidikan dan akses buat anak-anak pedalaman ini agar tetap bisa sekolah. Karena pendidikan adalah investasi jangka panjang sebuah bangsa untuk melihat kemajuannya di masa yang akan datang. Bahkan hemat saya, untuk memulai reformasi dan merubah kondisi bangsa agar lebih baik lagi, harus lewat pendidikan. Yaitu dengan mendidikan SDM yang handal. Tengoklah negara-negara tetangga kita yang sudah sukses. Misalnya Malaysia, Piliphina, Singapura, Australia dan lainnya, mereka menjadikan dunia pendidikan sebagai “Panglima” bagi start poin perubahan. Dan untuk kasus kita di Indonesia tidak jelas arahnya ke mana dunia pendidikan kita dibawa. Ditambah lagi dengan kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan telah menggiring kita semua pada “komersialisasi dunia pendidikan” itu sendiri. Sehingga semakin nyata kesenjangan antara anak-anak orang kaya dan anak mereka yang miskin. Semuanya bisa dilihat dan dinilai di mana mereka bersekolah. Dengan dalih kualitas, maka lembaga-lembaga pendidikan ramai-ramai menaikkan biaya sekolah setinggi langit.

Apapun alasannya, harusnya lembaga pendidikan yang berkualitas tersebut, bisa dinikmati dan menjadi tempat belajar juga buat anak-anak yang tidak mampu untuk menuntut ilmu. Karena akses untuk mendapatkan pendidikan yang memadai dan berkualitas itu, merupakan hak bagi segenap rakyat Indonesia dan sudah dijamin oleh konstitusi kita (UUD 45). Dan untuk mewujudkan pendidikan yang setara bagi seluruh masyarakatnya, sudah saatnya para pemegang kebijakan pendidikan di negeri ini memiliki kemauan politik - Political Will untuk melakukan perubahan mendasar terhadap pola dan sistem pendidikan di Indonesia. Tanpa itu, semua gerakan atau upaya yang sudah dilakukan oleh masyarakat yang menghendaki peningkatan mutu dan kesetaraan akses pendidikan bagi semua anak bangsa, akan sia-sia. Karena belum sepenuhnya ditopang oleh pemerintah sebagai pelaksana penuh dari isi konstitusi kita.








No comments:

Post a Comment