Sunday, April 15, 2012

Liputan Harian Bogor Ekspress : Ribuan Anak di Pedalaman Bogor Tidak Sekolah

Pada tanggal 10 April 2012, Harian Bogor Ekspres meliput tentang SR Bogor dimana tulisan tersebut berisi mengenai kondisi ril masyarakat pedalaman di Bogor yang masih belum mendapatkan akses pendidikan.

Berikut liputan kegiatan Yayasan Sekolah Rakyat Bogor yang dimuat di harian Bogor Ekspres.


CIAWI-Ribuan anak usia sekolah di pedalaman kabupaten Bogor,terutama di wilayah Bogor Barat,tidak dapat mengenyam bangku pendidikan.Bupati Bogor Rahmat Yasin(RY)diminta peduli dan serius menangani masalah ini.

            Soal  adanya anak di pedalaman Kabupaten Bogor yang  tidak dapat  mengenyam bangku pendidikan diungkap Ketua Umum Sekolah Rakyat Bogor(SRB) Munawar M.Ali disela-sela kegiatan pemberian  motivasi terhadap para siswi SDN Cibedug  02 dan seluruh peserta didik sekolah Menengah Pertama Terbuka (SMP-T) Tempat Kegiatan Belajar Mengajar (TKBM) At-Tin kampung Pesantren Rt 04/01 Desa Cibedug,Kecamatan Ciawi,Senin(9/4).Ia menyebut,anak-anak itu anatara lain bermukim di kampung Manglad,Desa Cibodas,Kecamatan Rumpin.

            “Ketika saya turun ke desa-desa di pedalaman Kabupaten Bogor,saya menemukan ada ribuan anak usia sekolah yang tidak bersekolah,namun jumlah persisnya belum saya data,tapi yang pasti memang banyak sekali,ribuan,”katanya.

            Munawar menyebut,ada tiga aspek anak-anak itu tidak mengenyam bangku pendidikan,yaitu faktor perekonomian keluarga yang minus,sehingga hidup di bawah garis kemiskinan;jauhnya sarana pendidikan yang dibarengi hancurnya sarana infrastruktur,seperti jalan;dan kultur budaya masyarakat pedalaman yang menganggap kurang pentingnya pendidikan bagi anak-anak. “Pemerintah Kabupaten Bogor harus lebih memperhatikan pendidikan masyarakat pedalaman dan berupaya mengatasi tiga aspek ini agar mereka mau bersekolah,”imbuhnya.

            Ia menilai,adanya ribuan anak yang tidak sekolah  ini memprihatinkan  mengingat kabupaten Bogor  merupakan “pintu gerbang”menuju ibu kota negara (Jakarta),sehingga sangat tidak etis apabila masih banyak masyarakat yang belum mengenyam  pendidikan..Terlebih pendidikan merupakan hak dasar bagi seluruh rakyat Indonesia. “Jarak Kabupaten ke Ibu kota hanya sekitar 72 Kilometer,lalu bagaimana perekonomian masyarakat akan meningkat apabila anak-anaknya tidak bersekolah?” tanyanya.

            Ia mengakui,sebagai bentuk kepedulian terhadap anak-anak pedalaman,SRB telah mendirikan 18 TKBM dengan jumlah peserta didik mencapai 1.300 orang. Namun demikian,katanya,peran pemkab Bogor  tetap sangat diperlukan untuk mengatasi persoalan anak-anak pedalaman yang tidak sekolah tersebut.
    Cecep Hidayat,pengelola SMP-T TKBM SYIFA Kecamatan Rumpin,Kabupaten Bogor,membenarkan bahwa jauhnya jarak tempuh menuju tempat pendidikan formal menjadi salah satu alasan  mengapa sebagian warga Rumpin enggan bersekolah.Apalagi karena keluarganya pun masih hidup di bawah garis kemiskinan.

            “Itu sebabnya di kecamatan ini angka anak tidak sekolah  maupun yang putus sekolah sangat tinggi,” imbuhnya. Ia mencontohkan ,anak-anak kampung Manglad desa Cibodas,kecamatan Rumpin,apabila hendak  ke sekolah  formal harus menempuh jarak sekitar 12 kilometer  dari rumah,dan harus mengeluarkan biaya transportasi hingga Rp50 ribu.

           “Karenanya,dengan adanya SMP-T Syifa yang berada di bawah naungan Yayasan Sekolah Rakyat Bogor, masalah anak-anak itu  dapat teratasi ,sehingga tak ada lagi yang tidak bersekolah maupun putus sekolah,”imbuhnya lagi.

            Sayangnya, upaya SRB dalam  upaya mencerdaskan masyarakat pedesaan di kabupaten Bogor masih terganjal beberapa hal,seperti tidak adanya sarana gedung sehingga proses belajar mengajar dilakukan di Pos kamling. Padahal ,jumlah peserta didik telah mencapai 172 orang ungkap pak Cecep Hadiat dari Rumpin ini.

            “Karenanya demi terciptanya masyarakat pedesaan yang berpendidikan, kami minta Bupati Bogor segera turun tangan dan melakukan upaya yang nyata,”pintanya.(RFS)

Baca juga :

No comments:

Post a Comment