Pada tanggal 10 April 2012, Harian Bogor Ekspres meliput tentang SR Bogor dimana tulisan tersebut berisi mengenai kondisi ril masyarakat pedalaman di Bogor yang masih belum mendapatkan akses pendidikan.
Berikut liputan kegiatan Yayasan Sekolah Rakyat Bogor yang dimuat di harian Bogor Ekspres.
CIAWI-Ribuan anak usia sekolah di pedalaman kabupaten Bogor,terutama di wilayah Bogor Barat,tidak dapat mengenyam bangku pendidikan.Bupati Bogor Rahmat Yasin(RY)diminta peduli dan serius menangani masalah ini.
Soal
adanya anak di pedalaman Kabupaten Bogor yang tidak dapat mengenyam bangku pendidikan diungkap Ketua
Umum Sekolah Rakyat Bogor(SRB) Munawar M.Ali disela-sela kegiatan
pemberian motivasi terhadap para siswi
SDN Cibedug 02 dan seluruh peserta didik
sekolah Menengah Pertama Terbuka (SMP-T) Tempat Kegiatan Belajar Mengajar
(TKBM) At-Tin kampung Pesantren Rt 04/01 Desa Cibedug,Kecamatan Ciawi,Senin(9/4).Ia
menyebut,anak-anak itu anatara lain bermukim di kampung Manglad,Desa
Cibodas,Kecamatan Rumpin.
“Ketika saya turun ke desa-desa di
pedalaman Kabupaten Bogor,saya menemukan ada ribuan anak usia sekolah yang
tidak bersekolah,namun jumlah persisnya belum saya data,tapi yang pasti memang
banyak sekali,ribuan,”katanya.
Munawar menyebut,ada tiga aspek
anak-anak itu tidak mengenyam bangku pendidikan,yaitu faktor perekonomian
keluarga yang minus,sehingga hidup di bawah garis kemiskinan;jauhnya sarana
pendidikan yang dibarengi hancurnya sarana infrastruktur,seperti jalan;dan
kultur budaya masyarakat pedalaman yang menganggap kurang pentingnya pendidikan
bagi anak-anak. “Pemerintah Kabupaten Bogor harus
lebih memperhatikan pendidikan masyarakat pedalaman dan berupaya mengatasi
tiga aspek ini agar mereka mau bersekolah,”imbuhnya.
Ia menilai,adanya ribuan anak yang
tidak sekolah ini memprihatinkan mengingat kabupaten Bogor merupakan “pintu gerbang”menuju ibu kota
negara (Jakarta),sehingga sangat tidak etis apabila masih banyak masyarakat yang
belum mengenyam pendidikan..Terlebih
pendidikan merupakan hak dasar bagi seluruh rakyat Indonesia. “Jarak Kabupaten ke Ibu kota hanya
sekitar 72 Kilometer,lalu bagaimana perekonomian masyarakat akan meningkat
apabila anak-anaknya tidak bersekolah?” tanyanya.
Ia mengakui,sebagai bentuk
kepedulian terhadap anak-anak pedalaman,SRB telah mendirikan 18 TKBM dengan
jumlah peserta didik mencapai 1.300 orang. Namun demikian,katanya,peran pemkab
Bogor tetap sangat diperlukan untuk
mengatasi persoalan anak-anak pedalaman yang tidak sekolah tersebut.
Cecep Hidayat,pengelola SMP-T TKBM
SYIFA Kecamatan Rumpin,Kabupaten Bogor,membenarkan bahwa jauhnya jarak tempuh
menuju tempat pendidikan formal menjadi salah satu alasan mengapa sebagian warga Rumpin enggan
bersekolah.Apalagi karena keluarganya pun masih hidup di bawah garis
kemiskinan.
“Itu sebabnya di kecamatan ini angka
anak tidak sekolah maupun yang putus
sekolah sangat tinggi,” imbuhnya. Ia mencontohkan ,anak-anak kampung
Manglad desa Cibodas,kecamatan Rumpin,apabila hendak ke sekolah formal harus menempuh jarak sekitar 12
kilometer dari rumah,dan harus
mengeluarkan biaya transportasi hingga Rp50 ribu.
“Karenanya,dengan adanya SMP-T Syifa
yang berada di bawah naungan Yayasan Sekolah Rakyat Bogor, masalah anak-anak itu dapat teratasi ,sehingga tak ada lagi yang
tidak bersekolah maupun putus sekolah,”imbuhnya lagi.
Sayangnya, upaya SRB dalam upaya mencerdaskan masyarakat pedesaan di
kabupaten Bogor masih terganjal beberapa hal,seperti tidak adanya sarana gedung
sehingga proses belajar mengajar dilakukan di Pos kamling. Padahal ,jumlah
peserta didik telah mencapai 172
orang ungkap pak Cecep Hadiat dari Rumpin ini.
“Karenanya demi terciptanya
masyarakat pedesaan yang berpendidikan, kami minta Bupati Bogor segera turun
tangan dan melakukan upaya yang nyata,”pintanya.(RFS)
Baca juga :
Baca juga :
No comments:
Post a Comment