Tuesday, April 24, 2012

Indahnya Keselarasan Ilmu dan Agama

Allah menciptakan alam ini untuk dikaji, diteliti, dipelajari, aga kita bisa menangkap rahasia Tuhan di dalamnya, dan mempelajari ilmu Tuhan pada hakekatnya adalah kemampuan membaca apa yang tersurat maupun yang tersirat di alam raya ini.

Sebagai makhluk Tuhan yang sempurna, manusia dilengkapi dengan akal untuk memikirkan tentang apa peranannya ketika dihadirkan oleh Tuhan di muka bumi ini. Karena itu, dalam merenungkan peranan manusia di bumi ini, termasuk peranannya untuk selalu mengumpulkan ilmu, tidak ada jalan lain selain mencoba menemukan jawabannya melalui perintah-perintah yang diturunkan-Nya kepada manusia.

Al Qur'an sebagai kitab yang menyempurnakan posisi kitab-kitab sebelumnya, diturunkan oleh Allah SWT dengan perintah membaca, sebagaimana firman Allah yang pertama yang tercantum dalam lima ayat pertama surat al 'Alaq sebagai berikut:

"Bacalah atas nama Tuhanmu, yang telah menciptakan manusia dari segumpal darah, dan Tuhanmu sangat pemurah, yang telah mengajarkan penggunaan kalam, mengajari manusia hal-hal yang tidak diketahui olehnya". (QS. Al 'Alaq: 1-5)

Dalam upaya memahami lima ayat di atas, perlu disadari bahwa kalam Tuhan secara langsung tidak bisa dilihat. Yang tampak hanyalah bekas goresan - Nya di sekitar alam ini berupa semua kejadian yang dapat diamati di dalamnya. Karena itu dalam Islam menuntut ilmu adalah keniscayaan (kewajiban) bagi setiap umatnya. Dengan demikian dapat kita ambil kesimpulan bahwa pekerjaan mencari dan menyebarkan ilmu dianggap sangat terhormat. Sehingga manusia dapat mendirikan suatu tatanan kehidupan yang baik dan harmonis di antara sesamanya.

Di sisi lain manusia dengan ilmunya diharapkan mampu memberi manfaat dalam mengelola bumi dan antariksa dengan teratur. Bukan sebaliknya bahwa perkembangan ilmu pengetahuan yang akibatnya hanya menjadi prahara atau bencana besar buat kelangsungan hidup umat manusia dan makhluk lainnya di bumi. Oleh karena itu, Allah SWT memberikan hakekat ilmiah dalam berbagai bidang keilmuan kepada manusia, dengan tujuan memberikan kesempatan kepada manusia untuk menyingkap, menemukan, dan mengembangkannya dalam berbagai bidang kehidupan, supaya manusia bisa merealisasikan makna kedudukannya sebagai khalifah (wakil) Allah dan membangun bumi dengan modal ilmu pengetahuan dan teknologi yang humanis dan berlandaskan pada nilai-nilai religius.

Dalam kaitannya dengan hal di atas, Khalil Al Musawi mengatakan bahwa setiap ilmu kehidupan harus melangkah di bawah ilmu agama. Ilmu apapun, jika tidak mendekatkan diri pemiliknya kepada Tuhan, maka itu ilmu yang hilang dan terputus, walaupun banyak menciptakan kemajuan.

Seorang tokoh ilmu pengetahuan internasional Profesor Albert Einstein berkata: "Ilmu pengetahuan tanpa agama adalah buta, Agama tanpa ilmu pengetahuan adalah lumpuh".

Pernyataan Einstein di atas bermaksud menandaskan, betapa pentingnya ilmu pengetahuan di dalam agama dan betapa pula sangat pentingnya fungsi agama di dalam ilmu pengetahuan. Sebab ilmu pengetahuan dan agama adalah merupakan satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan, laksana persatuan seorang manusia yang terdiri dari ruh dan jasmaninya. Oleh karenanya, ilmu pengetahuan tanpa agama adalah sebagai jasmani tanpa ruhani, sebaliknya agama tanpa ilmu pengetahuan adalah sebagai ruhani tanpa jasmani, yang berati tak dapat hidup sewajarnya.

Secara tegas Tuhan telah menggariskan kepentingan ilmu pengetahuan dan agama dalam firman-Nya: "Katakanlah: Samakah orang-orang yang tidak mengetahui dengan orang-orang yang mengetahui?" Hanya sesungguhnya yang dapat menerima pelajaran ialah orang-orang yang berakal". (QS. Az Zumar: 9)

Dalam firman-Nya yang lain Allah katakan:" 
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat". (QS. Al Mujadalah: 11)

Dari dua ayat di atas, menekankan kepada manusia betapa besar nilai ilmu pengetahuan dan kedudukan cendekiawan dalam perspektif Islam. Dan dalam pandangan Islam, ilmu pengetahuan dan iman berdiri berdampingan, bisa dilihat dari ayat pertama yang diwahyukan kepada Rasulullah Saw. Anjuran untuk membaca disebut tepat setelah nama sang Pencipta, yang berarti menuntut ilmu harus atas nama Tuhan, tidak dengan motivasi (baca niat) yang lainnya. Sehingga dapat memberi manfaat atau faedah yang baik bagi kelangsungan hidup manusia di bumi. Di samping dapat memberikan kemajuan bagi perkembangan pemikiran, ilmu dalam perspektif Islam harus mampu memberi manfaat atau efek bagi perbaikan perilaku atau akhlak manusia secara menyeluruh, karena ilmu yang tidak berpengaruh bagi perubahan perilaku pemiliknya adalah condong kepada ilmu yang tidak bermanfaat.

Itu juga yang dimaksudkan oleh Al Musawi dan Einstein di atas, bahwa ilmu pengetahuan dan agama hendaknya bisa seia sekata atau selaras dalam penerapannya. Agar tidak menimbulkan prahara baru bagi kelangsungan kehidupan umat manusia moderen.

Allahu a'lam.

No comments:

Post a Comment