Dunia yang damai dimana setiap orang bisa hidup dengan
aman, damai, saling menghormati, dan cukup pangan merupakan dambaan setiap
orang. Fakta menunjukan bahwa dunia yang didambakan tersebut masih jauh dari
kenyataan. Di beberapa belahan dunia, perang atau konflik masih terjadi,
bencana kelaparan masih melanda, bahkan penggunaan senjata nuklir yang dapat
mengancam kelangsungan hidup manusia belum bisa dihentikan.
Sebagai wujud kepedulian dalam mendukung dunia yang lebih
baik, guru TKB Al Fajri yaitu Muslihudin Sharbinie atau yang lebih dikenal dengan
panggilan Pak Uli menjadi duta perdamaian UNESCO. Kegiatan yang diikuti yaitu
workshop di Malaysia tahun 2011 dan workshops di Hiroshima, Jepang tanggal
24-31 Maret 2012. Workshops di Jepang ini adalah yang ke-empat. Berbagai hal
menarik dan pengalaman berharga diperoleh selama mengikuti workshops.
Perjalanan diawali tanggal 22 Maret 2012 dengan transit
ke Malaysia. Saya menginap di penginapan dengan anggaran 80 RM (atau sekitar
Rp. 180.000/malam). Ke esokan harinya, tanggal 23 Maret bersama rekan lain dari
Malaysia berangkat menuju Osaka. Penerbangan menuju Jepang ditempuh dalam waktu
7 jam. Kami tiba di bandara Kansai International Airport sekitar jam 11 malam. Pertama
menginjakan kaki di Jepang kami disambut oleh hujan rintik dan suhu yang sangat
dingin, sekitar 4 derajat Celsius. Selanjutnya kami harus naik kereta api
menuju Hiroshima di mana workshops akan dilaksanakan. Ternyata, kreta bullet
yang akan membawa kami ke Hiroshima sudah tidak ada. Akhirnya kami memutuskan
untuk mencari hotel atau penginapan. Sayangnya hotel terdekat sudah penuh,
akhirnya kami memutuskan untuk menghabiskan malam keliling kota. Kesan kedua
tentang Jepang adalah negara yang sangat aman, bersih dan ramah. Ditengah malam
orang masih bisa keliling kota dengan rasa nyaman. Akhirnya kami menghabiskan
malam keliling kota Osaka dan isirahat di sebuah restauran yang terbilang
tradisional. Dengan kemampuan Bahasa Jepang yang ala kadarnya kami
berkomunikasi dan bertukar pengalaman.
Keesokan harinya
kami berangkat menuju Hiroshima dengan kreta bullet yang ditemput dalam
waktu 2 jam. Sedangkan kalau naik bis sekitar sembilan jam. Jam 9 pagi kami
tiba di tempat menginap, yaitu Hiroshima City Mitaki Children's Nature Center Accommodation, sebuah pusat pembelajaran bagi siswa Sekolah Dasar.
Wah, tempatnya sangat rapi, bersih, dan tentu saja memiliki fasiltas
pembelajaran yang lengkap. Setelah selesai sarapan pagi, kami menuju Hiroshima
Peace Museum (Museum Perdamaian Hiroshima) dengan naik bis yang telah
disediakan panitia.
Perjalanan menuju kota Hiroshima ditempuh dalam waktu 20
menit, jam 09.00 kami tiba di aula dengan disambut panitia. Selanjutnya kami
mengikuti pembukaan workshops dan berkenalan satu sama lain. Workshop kali ini
diikuti oleh 150 peserta dari 16 negara. Sebagian besar peserta adalah wajah
baru, dan sisanya sudah saya kenal
ketika pelatihan di Penang, Malaysia tahin 2011. Kami bertemu dengan Professor
Daryl Macer, Direktur UNESCO Bangkok yang sudah tidak asing lagi.
Hari pertaman workshops diisi dengan materi oleh beberapa
pembicara di antaranya Professor Taro Mochizuki, Osaka University, Japan (Osaka
University) menjelaskan bagaimana dengan materi Philosophy on Civil Society Movement in Post-war Japan dan Prof. Peter Harteloh, Erasmus Institute for
Philosophical Practice, Rotterdam, the Netherlands dengan materi tentang
filosofi perang dan damai. Materi berikutnya
adalah Conscience,
activism and the UN yang disampaikan
oleh Dr Steve Leeper, Chair, HPCF, tentang
hakekat damai dan relevansinya dengan penggunaan senjata nuklir yang dibawakan.
Pemateri berikutnya adalah Profesor Darryl Macer, UNESCO Regional Advisor “Roles of civil society and UN technical agencies”. Selanjutnya kami di ajak keliling museum dipandu oleh Dr
Steve. Banyak sekali yang kami pelajari selama berkeliling museum. Intinya
adalah senjata nuklir merupakan senjata pemusnah yang sangat berbahaya sehingga
sudah seharusnya senjata penggunaan senjata nuklir dalam bentuk apa pun harus
dilarang. Pembicara terakhir adalah seorang survivor (yang selamat) pada saat
bom atom dijatuhkan di Hiroshima. Paparan yang dijelaskan sangat menyentuh hati
mengingatkan semua peserta untuk menolak penggunaan bom atom (nuklir) dalam
segala bentuk.
Tanggal 26 Maret lokasi pelatihan berpindah ke pulau
Etajima, sebuah lokasi yang dulu digunakan sebagai tempat pelatihan militer
Jepang. Perjalanan ditempuh dengan car-train, mirip kereta api tapi lebih
pendek. Selang 20 menit kami tiba di Hiroshima Port, pelabuhan penyebrangan ke
lokasi. Selanjutnya kami naik kappa feri selama kurang lebih 30 menit. Tiba
dilokasi National Etajima Youth Friendship Center dan disambut oleh
pengelola lokasi, dan memberikan tata tertib dan fasilitas yang terdapat
dilokasi. Selanjutnya kami menerima materi Stakeholder
Identification and Integration dan Leadership:
Diplomacy and Peace yang disampaikan oleh Alex Mejia, Director of UNITAR
Regional Office. Materi terakhir adalah Action Plan Development diberikan oleh Berin McKenzie, UNITAR.
Tanggal
27-30 Maret merupakan hari-hari dimana peserta memaparkan Tanggal
27-30 Maret merupakan hari-hari dimana peserta memaparkan action plan yang telah dilakukan (bagi yang telah mengikuti
pelatihan sebelumnya) dan yang akan dilakukan (bagi peserta baru). Tidak kurang
dari 148 action plan dipresentasikan baik yang dilakukan secara individu atau
kelompok. Saya mempresentasikan action plan, “peacebuilding over Taiji’s dolphin
dispute”, yaitu upaya untuk menciptakan damai pada konflik lumba-lumba di
Taiji, Jepang. Seperti diketahui perburuan (atau lebih dikenal dengan
pembunuhan) lumba-lumba di Taiji telah lama menarik perhatian seluruh dunia.
Selama musim perburuan, September sampai Maret tidak kurang dari 20,000
lumba-lumba ditangkap baik untuk konsumsi atau untuk keperluan captivity (seperti dipelihara di
aquarium). Perburuan tersebut mendapatkan respon dari kalangan pencinta
lingkungan dan hewan di seluruh dunia dengan melakukan protes dalam berbagai
bentuk. Protes aktivis tersebut bukan tanpa alasan, setidak-tidaknya terdapat
tiga alasan penting.
Pertama, lumba-lumba merupakan mamalia yang sangat cerdas
dan perlu dilindungi. Kedua, penelitian menunjukan bahwa daging lumba-lumba
mengandung racun sehingga mengkonsumsi daging tersebut memiliki resiko negatif.
Ketiga, lumba-lumba yang ditangkap dan sipelihara dalam aquarium merupakan
penyiksaan karena lumba-lumba akan dipisahkan dari lingkungannya, serta
lumba-lumba memerlukan areal yang sangat luas untuk bergerak.
Selain sarat dengan materi workshops ini juga sarat
dengan wisata dan jalan-jalan. Kami mengunjungi beberapa lokasi yang sangat
menarik, seperti Miyajima, Hiroshima castle, Osaka, Kyoto, dan beberapa tempat
lainnya.
Hari terakhir diisi dengan pembagian sertifikat dan foto
bersama serta beberapa pengumuman diantaranya workshops ke lima akan diadakan
di Bangkok bulan Desember 2012, dank e-6 di usulkan di Yogyakarta tahun 2013.
Jika tertarik bisa bergabung di group face book. Acara yang lain adalah 2nd
UNESCO Youth Forum: Looking Beyond Disaster in Sendai city, Japan, 16-19 Agustus
2012,
https://www.facebook.com/events/350255841688293/. Anda pun bisa mendukung terciptanya dunia yang lebih
aman. Be the change to see changes you
want to see in the world.
Penulis M. Sharbinie
Guru TKB Mandiri Al Fajri