Monday, January 2, 2012

Melayani, Bukan Dilayani

"Tidak semua orang mau melayani. Namun banyak sekali dari kita yang ingin dilayani"

Ungkapan pendek di atas, mewakili realitas kehidupan kita saat ini. Umumnya, kita maunya dilayani dan diperlakukan bak raja oleh saudara kita sendiri. itulah sifat manusia yang kadang angkuh dan sombong dalam menjalani hidup. Kalau kita mau belajar dengan rendah hati dari para generasi pertama Islam, mereka semua tampil sebagai pemimpin yang rendah hati, penegak keadilan dan sekaligus pelayan bagi rakyatnya.

Misalnya cerita Umar Bin Khathab ra. yang tidak segan-segan memanggul sendiri karung-karung gandum untuk melayani rakyatnya yang sedang mengalami kelaparan. Begitu pula kisah Umar bin Abdul Azis, yang sering disebut Umar II karena memiliki karakter yang hampir sama dalam memimpin rakyatnya. Suatu malam, ketika sedang menulis, ia kedatangan tamu. Padahal lampunya hampir padam, minyaknya tinggal sedikit dan nyaris habis.

"Biarlah saya yang membesarkan nyalanya," tamu itu menawarkan diri. 

"Jangan, tidak sopan menjadikan tamu sebagai pelayan," kata Umar.

"Kalau begitu saya panggilkan pelayan".

"Tidak usah, dia baru saja tidur." Lalu Umar bergegas untuk mengisi minyak lampu itu.

"Amirul Mukminin, Anda lakukan sendiri?"

"Saudaraku, jawabnya, "Aku melangkah dari sini sebagai Umar, bukan sebagai khalifah (baca presiden), dan akan kembali sebentar lagi tetap sebagai Umar."

Dua Umar di atas, adalah contoh pemimpin Islam generasi awal yang selalu berpihak kepada nasib rakyat kecil. Mereka berdua benar-benar menjalankan ajaran Nabi dan ke - tawadhu'an nya tidak diragukan lagi. Sama-sama menafkahkan sebagian besar harta bendanya untuk membantu masyarakat yang miskin agar bisa bertahan hidup. Dan tidak segan-segan turun tangan langsung ketika melihat rakyatnya yang sedang membutuhkan pertolongan.

Sikap pemimpin seperti dua Umar tersebut, memang agak sulit kita jumpai pada era modern ini. Keserakahan, tamak pada harta, angkuh dan penindasan terhadap rakyat yang lemah kerap dipertontonkan oleh mereka yang bernama pemimpin saat ini. Semua itu terjadi karena para pemimpin modern menganggap rakyatnya sebagai pelayan. Bagi mereka (pemimpin), pelayan memang kodratnya untuk diperbudak bukan untuk mendapatkan pelayanan yang manusiawi. 

Pada hal, kalau seandainya para pemimpin itu tahu tanggungjawabnya, maka mereka pasti melakukan hal yang sama seperti yang pernah dijalankan oleh Umar bin Khathab dan Umar bin Abdul Azis. Yaitu memimpin dengan penuh kasih sayang, rendah hati, melayani kebutuhan rakyatnya dengan sepenuh hati. Karena sesungguhnya pemimpin adalah amanah, yang suatu saat nanti akan dimintai pertanggungjawan oleh Tuhan.

Sebagai penutup tulisan singkat ini, saya ingin mengutip apa yang pernah disampaikan oleh Abdullah Ar-Razy, seorang (pemimpin) yang tawadhu' - rendah hati, berarti dia tidak akan membeda - bedakan manusia dalam memberikan pelayanan. Karena rendah hati merupakan sifat yang sangat baik bagi setiap orang, dan sifat rendah hati sangat baik bagi mereka yang diberi kekayaan atau diberi amanah menjadi pemimpin. Allahu a'lam.

No comments:

Post a Comment