Ada pernyataan tua yang berbunyi: " Berbuat baik itu tak pernah kenal waktu dan zaman". Artinya kebajikan akan melekat sepanjang manusia itu hidup dan masih menghirup udara segar dunia.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita dihadapkan pada banyak sekali persoalan. Ada persoalan besar maupun yang kecil yang melanda kehidupan kita, dan semua itu mau tidak mau kita sebagai mahluk hidup harus melewatinya dengan baik. Karena menyelesaikan persoalan hidup merupakan bagian dari amal perbuatan yang bajik di sisi Tuhan. Betapa pentingnya berbuat bajik ini, sampai Tuhan pun berfirman dalam surah al Ashr ayat 2-3 : " Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh (perbuatan kebajikan)".
Penjelasan mengenai apa itu perbuatan bajik, saya kira kita semua tahu apa saja yang termasuk dalam kategori perbuatan baik itu, bahkan Nabi yang Agung pun mengatakan dalam sabdanya bahwa senyum kita kepada saudara kita adalah merupakan bagian dari sedekah (baca ibadah). Dan membuang duri di tengah jalan agar tidak diinjak oleh orang lain pun merupakan bagian dari perbuatan bajik itu. Betapa mudah dan sederhananya berbuat kebajikan ini bagi mereka yang mempunyai kejernihan hati untuk melakukannya. Sebab walaupun senyum dan membuang duri di jalanan itu merupakan perbuatan yang mudah dan sederhana, namun tidak sedikit dari kita yang susah memberikan senyumannya kepada orang lain. Kenapa sebagian kita sulit untuk berbagi senyuman? Jawabannya, karena senyuman itu pekerjaan hati dan mereka yang hatinya jernihlah yang bisa selalu senyum walaupun dalam kondisi pahit dan derita.
Memiliki hati yang bersih (jernih) itu adalah kebahagiaan tersendiri yang harus disyukuri oleh setiap orang yang beriman. Karena dengan bersihnya jiwa, maka akan semakin mudah dan ringan bagi manusia untuk melakukan amal kebajikan dalam hidupnya, sekalipun mereka sedang dihadapkan dalam kondisi yang sulit.
Menurut para kaum sufi, ketika batin manusia itu bersih dan hanya diperuntukkan bagi Tuhannya, maka Tuhan yang akan memberikan rejeki kepada mereka dalam kemarau maupun hujan tanpa perantara, tanpa harus bersusah payah atau pertolongan selain Tuhan. Dan sebaliknya, ketika batin manusia jauh dari Tuhan, maka rejekinya tidak akan datang kecuali dengan usaha susah payahnya siang dan malam.
Pernyataan kaum sufi di atas, bisa dibilang menjadi buah dari perbuatan bajik manusia yang melakukannya dengan cara kuntinyu atau berkelanjutan (baca istiqomah). Sebab hanya orang-orang yang pandai memelihara tradisi kebajikanlah yang mampu meraih kenikmatan hakiki seperti yang diungkapkan para sufi tersebut. Yaitu mereka yang selalu berusaha sekuat tenaga dan pikiran untuk menyuguhkan segala kebajikan untuk umat manusia dan disertai dengan kejernihan jiwa dan batinnya. Maka Tuhan mereka pun tidak tanggung-tanggung membalasnya dengan hadiah-hadiah yang tiada bandingannya di dunia dan akhirat.
Berbuat baiklah walau sedang susah.... Karena Tuhan sedang menyiapkan sebuah hadiah yang tidak pernah diketahui oleh manusia buat mereka hamba-hambaNya yang selalu menjaga dan memelihara amal kebajikannya walau sebesar biji zarrah.
Allahu a'lamu